Minangglobal mendapat copy “soerat chabar Soeara Kemadjoean” (SK)  yang terbit pada 1915 di Kotogadang, kabupaten Agam, Sumatera Barat dalam ejaan Bahasa Indonesia masa itu. Tertulis pada Soerat Chabar tersebut, SK “Diterbitkan di Kota Gedang Dimana Perloe.” Dari SK terbitan awal kita mendapat informasi tentang kemajuan penduduk Kotagadang masa itu serta adanya kesadaran  perlunya sebuah “soerat chabar” untuk berkomunikasi , menyampaikan informasi dan pikiran-pikiran masyarakatnya.

Di bawah ini inti tulisan A. Soetan Machodoem, pendiri dan pemimpinnya, pada nomor perdananya (nomor Tjontoh) sekaligus menyampaikan alasan penerbitan Soeara Kemadjoean.

Menurut Soetan Machoedoem, anak negeri Kotogadang sudah banyak yang bisa berpikir untuk kemajuan negeri dan tanah airnya supaya tidak tertinggal dalam perlombaan hidup untuk kemajuan. Sebab itu di Kotogadang sudah ada berbagai perkumpulan untuk memajukan anak nagari. Soetan Machoedoem mencatat adanya 11 perkumpulan di Kotogadang ketika itu, yaitu:

  1. Vereeniging Studiefonds,  “jaitoe Vereeniging jang beroesaha memadjoekan anak negeri Minang Kabau kepada kepandaian Bahasa Belanda, karena Belanda itu satoe djalan kepada kita jang bernaoeng di bawah ,,sitiga warna”, akan membawa kepada kemadjoean.”
  2. Vereeniging “Peroesahaan Tanah.”  Perusahaan ini untuk membantu anak negeri terkait sawah.
  3. Poentjin Setia, perkumpulan yang membantu anggotanya untuk usaha pertukangan, berniaga emas, dll.
  4. Medan-Moeda Setia (MMS), sebuah perkumpulan untuk menyenangkan pikiran setelah bekerja, perlu rekreasi.
  5. Strijkorkest Moeda Sepakat.  Tujuan serupa MMS , tetapi melalui orkes, musik.
  6. Kerajinan Amai Setia. Perkumpulan untuk memajukan kaum perempuan dengan kerajinan tangan, adat sopan santun, dll.
  7. Arsjadoel Ichwan.  Sebuah perkumpulan agama, semacam dakwah, “memadjoekan dan menerangkan  djalan agama Islam.”
  8. Kinder Vereeniging. Perkumpulan untuk anak-anak belajar Bahasa Belanda, tujuannya seperti Vereeniging Studiefonds.
  9. Doea Cooperatie Hilir dan Moedik. Perkumpulan yang membantu anak nagari agar tidak  membeli dengan harga mahal.
  10. Perkumpulan untuk orang yang memelihara dan beternak kuda, dan lainnya.
  11. Post Vereeniging. Perkumpulan tolong-menolong surat-surat jang terkirim atau di kirim dari Kotogadang. Perkumpukan didirikan karena banyak surat yang dikirim orang lain nagari ke Kotogadang tapi tidak sampai pada alamatnya. Ketika itu di Kotogadang belum ada Hulppostkantoor, kantor cabang. Surat-surat tersebut dipercayakan kepada orang lain. Jadi, perkumpulan pos inilah yang membantu menyampaikan surat-surat tersebut ke alamatnya.

Ketika itu orang Kotogadang sudah  banyak yang tidak tinggal di kampungnya sendiri, tapi tinggal di nagari lain. Dulu  masih mudah mereka untuk pulang kampung pada setiap Hari Raya dan pada saat itu dilakukan pertemuan di “Balai Tjoemano” untuk membicarakan kemajuan nagari dan penduduknya. Namun ketika mereka sudah merantau jauh seperti ke Riau, Deli, Betawi dan lainnya hal itu semakin susah dilakukan. Demikian juga terjadi pada mereka yang  bermukim tidak jauh dari Kotogadang, kesempatan pulang sekali setahun itu semakin sulit, karena berbagai alasam, terutama biaya.

Karena itu ada kesulitan untuk mendiskusikan berbagai hal untuk kemajuan kampung dan anak nagarinya. Soetan  Machoedoem mendapat permintaan agar dibuat sebuah “soerat chabar”.  Memenuhi himbauan tersebut, didirikanlah “Soeara Kemadjoean” yang berfungsi sebagai  “Balai Tjoemano” agar dapat memuat dan mendiskusikan berbagai pikiran untuk memajukan nagari. Dengan demikian mereka yang tidak bisa pulang kampung menyampaikan pikiran-pikirannya dapat disalurkan melalui SK. Ia juga menghimbau mereka dari berbagai profesi untuk menyumbangkan tulisannya  bagi kemajuan nagari.

Soeara Kemadjoean diterbitkan “Dimana Perloe”, alias tidak ada jadwal terbit tetapnya. Meskipun tidak dipungut biaya kepada pembacanya, ia menghimbau agar bisa bersama-sama membayar upah cetaknya. Jika ada permintaan untuk SK dikeluarkan secara berkala, umpamanya mingguan atau bulanan, Soetan Machodoem akan mempertimbangkannya asalkan ada ongkos cetaknya.

(Catatan: tahun penerbitan 1915 ditulis tangan oleh pembuat copy Surat Khabar ini karena tidak dapat terbaca cetakannya). —(Budiarman)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan