Budiarman: kelihatannya kawan-kawan diaspora Minang ini punya enerji besar. Sebagai Ketua Minang Diaspora Network, bagaimana Pak Fasli mau menyalurkan enerji tersebut agar kawan-kawan ini bisa membantu kemajuan ranah Minang.

Dulu sesudah Pak Emil Salim, saya menjadi Ketua Gebu Minang. Tiga-puluh tahun lalu, masih muda saya, umur 40 tahun, dan orang heran itu bisa jatuh ke saya. Saya mengamati, pertama, orang Minang, dia itu inherent takut gagal. Jadi kegagalan adalah sebuah peristiwa yang sangat dihindari, memalukan diri dan  keluarga. Itu ditanamkan secara diam-diam di DNA kita bahwa jangan sampai gagal. Akibatnya, setiap ide-ide kalau kita lontarkan dihantam dulu, di cemeeh dulu, di negasikan dahulu. “Aaah…., apa pula ini, kan ini sudah dikerjakan orang, bukan ide baru, dan tidak berhasil.” Pokoknya setiap ada ide, dihantam lebih dahulu  supaya memastikan benarkah ide ini solid, apakah sudah dipikirkan  kemungkinan suksesnya tinggi. Ini level pertama saya pelajari. 

Itu saja tidak cukup. Yang kedua, siapa yang di belakangnya dan siapa yang merencanakan ide ini. Merencanakan tentunya akan melakukan, atau memimpinnya. Ide yang bagus saja tidak cukup kalau tidak ditangani oleh orang yang punya integritas, amanah dan punya track record. Dia akan tanya, dan kita harus menjelaskan, tidak punya vested interest, keberhasilan dan ada contohnya dan sebagainya. Dia terima, tapi masih ada yang ditanya lagi,  yang ketiga, tapi yang sekali ini niat dia apa ? Apa mau jadi gubernur pula dia, atau mau jadi anggota DPR. Jadi dia tidak yakin orang bisa  punya ide baik, punya integritas tapi bisa saja melenceng karena ada vested interest. Bayangkan, tiga kali tertatih-tatih kita menjelaskan, baru yang keempat mereka sato sakaki. Kalau sudah sato sakaki itu, dia tidak dimasukkan, dia marah-marah kepada kita. Padahal dia yang mencemooh kita. Tapi kalau dia lihat tiga filter ini lewat, dia tidak dilibatkan, baa ambo indak diikuikkan, marah-marah dia itu.

Jadi, kita sesama orang Minang harus disadari bahwa siap terhadap benturan pertama itu, cemeeh tadi, kita harus sabar, dan yang kedua memang hendaknya membuat kegiatan yang ada track record-nya dari orang atau  ide ini yang kemungkinan keberhasilannya lebih tinggi. Bukan hanya sekedar  hao-hao saja. Nah yang ketiga tadi itu memang membebaskan vested interest tadi. Yang berat kan memang vested interest dalam politik karena sebagian besar orang kita berpolitik, kadang tokoh-tokoh kita berpartai. Nah orang Minang agak susah karena orang Minang itu ada di mana-mana, ada di PKI, ada di Masyumi, di Golkar ada, di PPP begitu pula.  Jadi kita perlu menyediakan jembatan yang ramah untuk mereka sehingga mereka sadar, OK, mereka bawalah dirinya dengan partainya, tapi waktu bersama lupakan baju-baju itu. Dia boleh saja mengajukan argumen-argumennya, tapi tidak membawa partainya,  mendesakkan keinginan partainya. Jadi ini tempat berlabuh orang Minang.

Jadi keminangannya lebih dominan daripada kepartaiannya. Kita harus bisa mendapat kepercayaan dari tiga lapis tadi itu.  Terakhir, orang Minang itu sudah punya paradigma “kayo se-lah surang, ambo indak ka maminta, bagak se lah surang, ambo indak ka bacakak, pandai-lah surang ambo indak kabatanyo. Hanyo di budi baik sajo ambo tunduk, Nah, ini yang berat, bagaimana menyajikan tiga filter ditambah budi baik. Saya berpendapat, kita tidak bisa muluk-muluk benar, karena dia sangat liquid, dia bisa saja masuk organisasi terus ke luar, bentuk lagi, bisa sampai beberapa organisasi. Bagi mereka biasa saja keluar-masuk, membangun sesuatu, mati lagi. karena intinya mereka adalah orang yang bebas merdeka untuk kemana-mana dan kepentingan mereka itu relatif sesaat juga. Begitu sesaat dia masuk, begitu tidak, dia  ke luar. Jadi, untuk menemukan orang-orang yang agak lama bertahan, tidak gampang.

Nah, tugas saya, pertama mengajak mereka bahwa kita tidak ada agenda politik; kita juga tidak membuat ide-ide yang membuat mereka malu akhirnya karena menjadi bagian dari Gebu Minang, kita menghargai leverage mereka, independensi mereka dimanapun mereka,apapun namanya, karena kita tidak membuat struktur. Kita hanya paguyuban saja. Karena itu kita tidak laporkan untuk dasar hukumnya dan sebagainya. Kalau orang percaya, mari. Mau membentuk baru pula, silakan. Tapi kita ingin menunjukkan mudah-mudahan ada nilai tambah yang bisa kita tunjukkan kalau dia bergabung. Karena itu kita membuat database mereka, melakukan pertemuan lima tahunan kita disiplinkan. Dari empat-belas negara waktu di Melbourne, sekarang sudah ada dua-puluh-dua negara yang sudah membuat chapter,  tapi tidak membuat struktur. Cuma kita menokohkan seseorang  di sana, itu yang kita masukkan bahwa ada PIC di sana, bahwa dia pada mulanya ketua dan tidak lagi, kita tidak permasalahkan karena tidak terkait struktur organisasi resminya. Jadi independen saja.

Ini kan, khas Minang. Kata orang,  orang Minang kalau berusaha mulanya bagus, tapi kalau sudah besar tidak gampang. Tapi sekarang itu sudah mulai rontok, teryata Wardah bisa.  Kalau kita lihat ada paradigma yang mengatakan orang Minang tidak bisa berkeja sama, kalau sudah naik di atas, susah. Sebenarnya itu mitos saja. Nah, kita mau mempelajari dan mengangkat seperti ibu Nurhayati, dan di lapis-lapis kedua banyak orang kita yang jadi direksi, board of director, board of commissioner, kalau kita lihat di BUMN, banyak orang-orang kita. Dulu mereka takut mengidentifikasi diri sebagai orang Minang, karena suku kita mendapat stigma sebagai suku pemberontak. Dulu masuk PNS saja susah, apalagi TNI. Sejak Pak Harun Zein, 1966, dicoba mengangkat harga diri itu dengan leverage Pak Harto melihat pembantunya banyak orang Minang, yang mulanya suku-suku tidak boleh dan tergolong SARA, kan SARA dilarang , tapi akhirnya Pak Harto mempersilakan orang Minang Bersatu dengan membentuk Gebu Minang. Saat itu orang Minang  berkibar. Tapi sebagian dari kita belum mengidentifikasikan dirinya sebagai orang Minang. Bagi kita itu tidak masalah. Kapanpun mau masuk, silahkan, kalau dia belum juga silahkan. Tapi database kita jaga terus. Kita tanya terus, siapa mereka. (*)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan