Nanda Fitrihanif Furqoni Melestrarikan Silat Harimau yang Sudah Diakui oleh Negara

Sebagai Sekjen DPP Silat Harimau, Nanda Fitrihanif Furqoni berperan dalam mengurus organisasi Perguruan Silat Harimau dan sudah mendapatkan status sebagai Induk Olah Raga yang diakui secara Nasional. Nanda juga Ketua Silat Harimau Gebu Minang di mana Silat Harimau sudah menjadi bagian budaya dari Gebu Minang dan ditunjuk menjadi Ketua Umum Silat Harimau Gebu Minang. Berikut penjelasan Nanda mengenai organisasi Silat Harimau dan kondisi Silat Minang, khususnya Silat Harimau:
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2022 menyebutkan ada 3 komite di bawah Kemenpora, ada Kormi (Komite Olah Raga Rekreasi Masyarakat Indonesia), Koni (Komite Olah Raga Nasional Indonesia), dan KOI (Komite Olimpiade Indonesia ). Alhamdulillah Silat Harimau masuk dalam KONI. Itu butuh perjalanan panjang juga.
Mengenai kondisi silat tradisional sekarang ini. Dari yang diceriterakan Pak Datuak tadi bahwa ujungnya kita fokus pada silat Minang, pada akhirnya apabila tradisi itu masih dilakukan, menjadi terbatas silat itu, yang tinggal kembang-kembangnya saja. Karena itu keluarlah memancak (kembangan dalam silat) tadi. Kalau silat itu, membunuh, mematikan. Terkait gerakan yang indah-indah itu, sebatas itu akhirnya. Karena tradisi tadi.
Beliau, Pak Datuak Rajo Gampo Alam, sebagai pewarisnya, memutuskan untuk dibuka, maka tidak ada yang berani menentang karena beliaulah pemiliknya, sekaligus beliau seorang Datuak, yang akhirnya disusun secara terstruktur, ada silabusnya, ada kenaikan tingkat selayaknya bela diri asing yang mudah masuk ke Indonesia dengan kelengkapannya, kemewahannya.

Walaupun kita berstatus silat tradisi, tetapi tetap secara organisasi kita susun sebagaimana mestinya untuk bisa masuk ke ranah professional. Tentunya, perjalanan ini didasari niat Pak Datuak untuk terus menjalankan pelestarian Silat Harimau.
Di era modern ini, kebutuhan bela diri bukan kebutuhan primer, tidak seperti dijaman Pak Datuak muda dulu dengan tingkat kriminalitas yang sedikit-dikit orang membacok sehingga menjadi kebutuhan. Di era sekarang kategorinya tersier, hobi atau kebutuhan untuk pendidikan. Di situ silat tradisional tidak terfasilitasi, sebenarnya, termasuk di Indonesia.
Adapun Pencak Silat sekarang ini tidak menggambarkan silat tradisi karena, menurut pengamatan kami, standarisasi yang ada di dalam olah raga sekarang bermata dua. Begini, bahwa iya difasilitasi adanya kegiatan di pencak silat, namun standarisasi tadi membunuh karakter. Karena itu kita tidak bisa melihat ini silat Betawi, silat Minang, atau Kuntau. Tidak bisa kita lihat bedanya sekarang karena di standardkan. Sekarang, siapa yang mau ikut siapa.
Kenapa kami bisa berpendapat seperti itu ?. Sebelum tahun 2020, sewaktu mencoba pada masa status masih perguruan silat pada umumnya. kita ikut dalam kegiatan keolahragaan, ujungnya, pelatih-pelatih tadi melatih bukan apa yang menjadi sako-nya tadi.
Tradisi tidak diajarkan, karena yang di incar prestasi, yaitu pukul-pukul, tendang-tendang, jatuh. Jadi filosofinya, Langkah Ampek, kegiatan yang berbau tradisi yang menjadi akar dari bela diri tersebut tidak ada. Ketika kami melihat itu, ini akan menjadi ancaman dikemudian hari.

Alhamdulillah, Pak Datuak saat ini masih ada, masih bisa membimbing. Beberapa akademisi mengatakan, Pak Datuak ini adalah ensiklopedia berjalan. Karena apa yang ditanya kepada beliau, Insya Allah beliau tahu jawabnya. Cuma, bagaimana nanti kalau sudah tidak ada.
Para penggiat yang ada sekarang, yang sudah masuk dalam ekosistem kepelatihan bela diri, akhirnya yang dilatih pukul-pukul, tendang-tendang, jatuh. Mungkin di masa depan kita tidak akan mendengar lagi Langkah Ampek, rumah gadang, galuik harimau, tidak ada lagi. Karena orientasinya sudah mengarah ke sana.
Pesilat wanita Silat Harimau, Farradiba Maysarah dalam wawancara dengan RRI
Sekarang, saya mendengar sudah ada pencak silat modern. Nah, itu menandakan adanya gap antara tradisi dan olah raga yang ada saat ini. Berlatar belakang itu, kami melihat pelestarian itu ada benang merahnya dengan minat anak mudanya.
Kalau pelestarian itu dilakukan hanya oleh angkatan Pak Datuak, atau yang di bawahnya, bagaimana yang ke bawah-bawahnya. Kalau kita tidak memikirkan ke arah sana, selesai di angkatan Pak Datuak atau di bawahnya, habis. Tinggal yang di standarkan tadi. Maka tradisi tadi hanya tinggal sejarah.
Nah itulah di Silat Harimau, kita coba memitigasi bagaimana akhirnya keputusan kemandirian dalam kegiatan suatu bidang olah raga. Kita harus memegang satu kunci untuk bisa memposisikan silek tradisi yang spesifik di Silek Harimau ini.
Di olah raga itu ada legacy nya. Alhamdulillah berproses beberapa tahun, dan tahun kemaren akhirnya kita secara administrasi, sah dikukuhkan sebagai organisasi olah raga di bawah koordinasi nasional.
Mohon do’anya, Insya Allah Di Fornas NTB bulan Juli nanti akan menjadi Fornas pertamanya Silat Harimau dimana akan diselenggarakan perlombaan di tingkat nasional. Itu Langkah-langkah yang diambil untuk memastikan pelestarian ini akan berjalan.
Dengan adanya kebebasan di internal perguruan tadi. Apa yang akan kita bawa ?. Tentunya jati diri kita. Ketika itu di standarkan pihak luar, di Silat Harimau itu tidak ada serangan kepalan, tangan nya seperti ini (sambil memperagakan posisi kepalan Silat Harimau), prinsipnya menyerang, mengunci, mematahkan, kira-kira begitu, tidak pernah ada satupun pukulan tinggi.
Cuma di standar itu ada seperti itu. Lalu bagaimana. Lambat laun akulturasi terjadi dan akan mempengaruhi.
Nah itulah yang dicoba di mitigasi selagi Guru Gadang masih ada, akhirnya dibuatlah kebijakan demikian dan Alhamdulillah, saat ini kita sudah menjadi Induk Olah Raga, sudah ada kepengurusan di beberapa propinsi, harapannya orang Minang di seluruh Indonesia dapat mendukung lahirnya Silat Harimau sebagai induk olah raga, kita akan beritahu ini kepada masyarakat bahwa Minang sudah ada olah raga bela diri yang asli dari Minangkabau yang secara nasional, sudah diakui oleh negara.
Harapannya, pelestarian itu nanti akan melibatkan masyarakat Minang secara umum. Kita sediakan tempatnya. Nah, dengan demikian akan tumbuh minat dari masyarakat. Itulah kondisinya, khususnya Silat Harimau , kalau silat-silat lain mungkin di luar kapasitas kami menjelaskannya karena beda aliran.
Kalau tempat-tempat Latihan Silat Harimau di Jakarta sudah ada di Tebet, Karet, Jakarta Utara, Pamulang, Tangerang, Cinere, Bekasi.
Sekarang Silat Harimau sudah ada di 15 propinsi, Beberapa propinsi sudah menjadi anggota penuh KONI propinsinya karena selayaknya federasi keolahragaan harus terlibat juga di propinsi masing-masing. Beberapa juga sudah menjadi anggota KONI, beberapa lagi sedang berproses, beberapa propinsi lagi sudah menunjukkan minatnya sedang mengkomunikasikan akan membentuk silat harimau di daerahnya.
Alhamdulillah, mereka adalah saudara-saudara kita urang Minang di rantau. Inilah benang merah silek Harimau, Kita menyambut baik keinginan mereka karena itulah salah satu tujuan Pak Edwel Datuak RajoGampo Alam , Silat Harimau bisa menjadi tempat tujuan, tempat berkumpul yang positif , tentunya untuk orang Minang , dan umumnya masyarakat luas. Pelatih kita sendiri ada orang Cilacap, ada lagi orang Madura, orang Sunda. Itu membuktikan bahwa bela diri kita ini sesungguhnya bisa di terima.
Datuak Rajo Gampo Alam: Perkembangan yang luar biasa adalah murid ambo nan di Singapura, juara terus, sampai jadi pemeo,”Pak Datuak Harimau sudah masuk, Singa di sini sudah mulai ketakutan.” Kalau saya buka Instagramnya, mereka juara terus, diperhitungkan di Singapura.
Pada kejuaraan nasional yang baru lalu di Singapura, mereka itu warga negara setempat, tidak ada yang orang kita, ketuanya juga warga negara sana. Ia membuka representatif Internasional kita di Singapura. Representative Silek harimau of Singapore dan reoresentative Silek Harimau of England, merupakan badan perwakilan yang dipimpin oleh tingkat presiden/ketua umum masing-masing di negaranya, yang posisinya sejajar dengan DPP Silek Harimau Indonesia, yang secara kebijakan mengatur kegiatan silek harimau di negaranya masing2
Alhamdulillah, di Singapura sekarang Silat Harimau perguruan silat nomor satu yang tahun ini juara umun, dan tahun sebelumnya tiga kali juara umum di tingkat nasional mereka. Beberapa anggota kita yang menjadi pelatih di Singapura. Di Abu Dhabi, di sana Timnasnya dari Silat Harimau. Yel yel kejuaraan di sana juga Minang! Minang! Minang!
Mereka tahu kalau itu sebuah suku di Sumatera, tapi mereka dengan bangga meneriakkan itu. Di situlah kita melihat bahwa ternyata tujuan pelestarian ini awalnya sebatas bagaimana kita memikirkan dikemudian hari minat anak-anak kita tetap ada, terus terjadi kegiatan pelatihan, sehingga ilmu ini terus ada.
Ternyata, ada point lebih yang kita lihat, ternyata terkait Minangkabau sendiri, melalui Silat Harimau, kita bisa mengangkat nama Minangkabau. Upaya pelestarian ini ternyata mempunyai nilai lebih. Fornas mendatang di NTB, silek Harimau menjadi yang pertama dan satu-nya asli dari Sumatera Barat.(*)