Minang Global berkunjung ke kantor Minang Diaspora Network Global (MDNG) di bilangan Kebayoran, Jakarta. Saat ini Presiden Minang Diaspora Network-Global periode 2024-2029 adalah Prof. Dr. Fasli Jalal (Rektor Universitas YARSI dan mantan Wakil Menteri Pendidikan RI). Budiarman Bahar dari minangglobal.com bertemu dengan Direktur Eksekutif MDNG, Burmalis Ilyas, serta pengurus lainnya, di antaranya Yenni Halim. Berikut petikan wawancara dengan Burmalis Ilyas tentang MDNG dan kegiatannya.
Pak Burmalis, bagaimana lahirnya MDNG, apa tujuannya?
Minang Diaspora Network-Global (MDNG) terinspirasi dari Diaspora Indonesia. Ide dasar MDNG ini munculnya ketika ada Kongres Indonesian Diaspora Network Global (2017) yang dihadiri Barrack Obama. Menjelang itu kami bertemu Pak Dino Pati Djalal selaku pembina dan pendiri Diaspora Indonesia. Nah di pertemuan itu kita punya ide. Sudah ada diaspora Indonesia, ada Java Diaspora, Menado dan suku-suku Indonesia lainnya. Diaspora Minang belum ada. Dari situ kita coba diskusikan untuk membuat Diaspora Minang dan Dino bersedia menjadi pendiri dan sekaligus ketuanya.
Mulai dari situ, kita merangkul semua diaspora Minang di seluruh dunia, mulai dari menggunakan WhatsApp kita mencari informasi melalui contact persons, ketua-ketua orang Minang yang ada di luar negeri, di semua negara. Alhamdulillah, step by step bisa dikatakan sekarang sudah ada diaspora Minang di 50 negara. Tentu ada yang sudah berbentuk organisasi, ada yang masih person, belum ada organisasinya.
Dari situ kita mulai melalui grup WhatsApp berkumpul, berdiskusi. Akhirnya pada 2018 kita melakukan pertemuan Diaspora Minang Sedunia di Melbourne, Australia. Bersamaan dengan Festival Minang Melbourne. Waktu itu Pak Muhammad Abduh sebagai Ketua Minang Melbourne.
Alhamdulillah, pertemuan Diaspora Minang Sedunia di Melbourne merupakan pertemuan pertama. Pada saat itu, hadir diaspora Minang dari Sydney, Malaysia, Indonesia, Australia, beberapa dari Eropa, AS juga. Di situ Diaspora Minang dilantik oleh Gubernur Irwan Prayitno.
Diaspora Minang ini orientasinya bagaimana mengumpulkan orang Minang, bersilaturahmi, berkomunikasi di berbagai negara. Memang jangkauan kita internasional, antarnegara. MDNG ini lebih bersifat sebagai fasilitator, bukan induk. Mengkoordinir saja, dan semua organisasi itu independen. Jadi kita berkumpul bersama-sama.
Tujuan MDNG ini adalah bagaimana orang Minang itu go international. SDM nya go international, kulinernya, pariwisatanya, budayanya. Jadi diharapkan dengan MDNG ada komunikasi timbal balik antarperantau Minang yang ada di luar negeri dan Indonesia. Misalnya bagaimana perantau Minang yang di luar negeri mempromosikan pariwisata di Sumatera Barat, jadi bisa membantu memasarkan pariwisata, dan bisa juga mengajak teman, kolega untuk investasi di Sumbar. Atau di sisi lain, mereka bisa mencari peluang kerja untuk orang Minang di Indonesia. Atau juga peluang-peluang beasiswa.
Orang Minang ini banyak juga menjadi akademisi di luar negeri. Di Melbourne ada Prof. Ismet Fanani, di AS, Malaysia Sydney ada juga. Atau mereka yang perantau di luar negeri itu juga investasi di Sumatera Barat. Kalau ada yang punya uang bisa investasi.
Diaspora Minang ini kan ada juga yang pengusaha. Ada yang bergerak di bidang kuliner. Mereka bisa membuka restoran-restoran baru, juga bisnis lainnya, seperti penginapan, hotel dan travel. Tentu saja bagaimana mereka bisa melestarikan adat kebudayaan Minang di luar negeri, bisa melestarikan bahasanya. Jadi kerja diaspora Minang lebih kepada dukungan terhadap hal-hal seperti itu. Tentunya, melestarikan adat-istiadat Minang di rantau karena kita kan organisasi rantau. Tentunya rantaunya adalah yang nasional dan internasional. Kita yang di Indonesia juga merangkul tokoh-tokoh Minang di dalam dan luar negeri. Jadi jangkauan kita internasionalnya.
Bagaimana dengan program-program MDNG
Program-program kita sudah lumayan banyak. Kita mendukung berbagai festival Minang yang dilakukan diaspora Minang di luar negeri, bekerja sama, menghadiri. Ada beberapakali festival Minang di Malaysia, Singapura, Eropa (Belanda).
Saya dengar tahun lalu juga mengundang diaspora kita Ke Sumatera Barat
Pertemuan pertama di Melbourne, kemudian pertemuan lima tahunan di Padang. Kita membuat program diaspora Minang di luar negeri pulang kampung. Dari Jakarta dan Indonesia juga hadir, kita bikin pertemuan Diaspora Minang yang kedua itu di Sumatera Barat.
Tapi kita juga ada pertemuan-pertemuan Minang yang sifatnya sporadik, seperti Minang Belanda, Minang Singapura, Minang Malaysia mengadakan kegiatan. Itu menjadi semacam agenda tahunan. Tapi yang lima tahunan itu kita jadwalkan diadakan di Sumatera Barat. Itu bisa mereka pulang kampung, juga mengingat kampung halaman. Berbagi dengan masyarakat di ranah Minang. Syukur-syukur berinvestasi di ranah Minang.
Sebagai organisasi yang bersifat internasional, berkolaborasi dengan berbagai organisasi yang ada di luar negeri. Salah satu yang kita lakukan adalah mencoba memperkuat Surau Sydney Australia yang Ketuanya Novri Latif, di mana kita mendorong, mendukung dan mengajak para donatur untuk menyumbang. Alhamdulillah para donatur berpartisipasi, salah satunya yang terbesar adalah Yendra Fahmi menyumbang tiga milyar untuk Surau Sydney, Australia. Kemudian kerja sama dengan ACT dan kitabisa.com lebih kurang dua milyar dan beberapa donator pribadi lainnya. Kita memang mendorong munculnya rumah gadang dan surau Minang setelah Sydney. Kita mendorong adanya rumah gadang atau surau Minang di Malaysia atau negara lain. Jadi kita lebih berorientasi ke Minang luar negeri, tetapi tidak tertutup untuk Minang di Indonesia, kita bisa berkolaborasi.
Jadi, namanya juga ini sebuah networking, ini adalah sebuah jaringan. Networking itu tentunya luas sifatnya. Bisa untuk bisnis, pendidikan, bisa untuk adat-budaya. Bagaimana Minang ini memiliki network yang global. Kata kuncinya, salah satunya adalah networking. Jadi networking adalah jaringan masyarakat Minang yang sifatnya global, internasional. Kita juga beberapa kali mencari peluang-peluang agar masyarakat Minang bisa bekerja di luar negeri. Ada peluang kemarin utuk perawat di luar negeri.
Burmalis menyampaikan salah satu program yang dilakukan perantau Minang adalah program beasiswa. Yenni Halim menyambung dengan menjelaskan bahwa ia mulai dengan program beasiswa yang dikelolanya. Pada mulanya merupakan kegiatan pribadinya sejak 2005, kemudian bergabung dengan Bupati Agam yang peduli pada pendidikan. Pada 2019 Yenni bergabung dengan Husnul Suhaemi, sekarang konsultan Paragon. Kebetulan pada 2017 Ibu Nurhayati ke Bukittinggi, dan diajukanlah kepadanya untuk membantu (beasiswa). Dia menyetujui membantu lima sekolah di Bukitttinggi. Demikian selanjutnya kabupaten yang dibantu Nurhayati bertambah sampai 19 kabupaten yang ada. Tapi itu masih dalam konteks bantuan Nurhayati melalui Yenni yang pada 2020 sudah diberikan beasiswa kepada 200 siswa.
Pada 2021, Yenni mengusulkan kepada Burmalis agar bantuan itu menjadi program MDNG tapi dikerjakan secara voluntir. Artinya, beasiswa itu berapa Nurhayati beri, kita berikan sebanyak itu. Jadi tidak ada potongan misalnya dipotong 20 persen untuk operasional. (MDNG hanya menyalurkannya saja, menjadi jembatan, tanpa biaya). Kemudian Yendra Fahmi juga membantu untuk 33 orang. Burmalis dan Yenni aling mengkonfirmasi bahwa paling tidak sudah ada lima milyar rupiah bea siswa, termasuk bantuan peralatan seperti Laptop.
Selain itu, menurut Burmalis, ada beasiswa untuk ulama, mereka kuliah ke Al Azhar, Kairo, Arab Saudi. Selain untuk umum, Dispora Minang memiliki program dunia akhirat. Yenni menambahkan bahwa sudah seratus orang penerima beasiswa, lima-puluh orang pertama dan lima-puluh yang kedua. Ditambah donatur lain, seperti Prof. Ismet dari Melbourne dan Rudy Anthony juga berpartisipasi dalam memberikan beasiswa melalui MDNG.
Pada masa Covid MDNG juga menjadi fasilitator bagi bantuan para donatur, seperti Nurhayati yang meminta dibelikan langsung kebutuhan untuk itu karena pemerintah tidak bisa beli langsung. MDNG menjadi yang pertama membelikan berbagai keperluan Covid (PCR, masker, ventilator) senilai Rp. 1,3 milyar untuk pemerintah dan rumah sakit. Juga, dari luar negeri, ada dubes yang minta bantuannya disalurkan bantuannya.
Begitu juga MDNG menyalurkan bantuan modal bagi pedagang yang kiosnya terbakar di Pasar Bukittinggi, ada177 kios, dengan menyalurkan donasi Rp.760 juta yang mana Yendra Fahmi menyediakan Rp. 700 juta,
Kita juga ada program bencana alam. Ada beasiswa untuk anak-anak yang kena bencana alam. Lalu ada festival budaya kita support, baik yang ada di Jakarta dan luar negeri kita rangkul.
Yenni Halim menambahkan peran MDNG sebaga fasilitator. Umpamanya ada yang berniat bisnis, MDNG hanya memfasilitasi saja. Begitu juga dengan yang mau membangun masjid, dimanfaatkan link MDNG di berbagai tempat untuk mendapatkan tanah yang bisa dibangun masjid. Peran itu telah menghasilkan masjid di RS Bukittinggi dan satu lagi di SMA I Padang Panjang. Sedang dipersiapkan membuat masjid di Unand karena sudah ada donaturnya.
Jadi untuk Minang Diaspora ini, tambah Burmalis, di bidang Kuliner lebih bersifat mengimbau untuk buka restoran dengan brand nasional kita, seperti Sederhana, Simpang Raya. Nurhayati dengan Wardahnya. sekarang sudah buka di Malaysia. Mudah-mudahan bisa ke benua lainnya. Jadi, kata Burmalis, MDNG lebih pada mempromosikan, mengimbau, mengajak dan membukakan jalan.
“Jadi untuk bisnis kita tidak berbisnis atau usaha seperti sekolah tadi. Dalam mencarikan kerja kita hanya menjembatani, memberi informasi. Begitu juga buka restoran tadi menarik, termasuk resto halal, halal food, wisata halal. Di Dubai sudah ada, dan dipastikan hampir di semua resto Indonesia ada masakan Minang, rendangnya. Memang ini PR bersama lagi, bagaimana resto Minang ini semakin go international,” kata Burmalis.
Dengan posisi sekarang ini yang mana MDNG betul-betul bertujuan membuka jalan, fasilitator dan menjadi jembatan antara ranah Minang, termasuk masyarakatnya, dengan diaspora Minang di mana saja berada, MDNG mendapat apresiasi baik, termasuk dari Gubernur Sumatera Barat.(*)
Editor: Budi Santoso