Pemerintah Provinsi Sumatera Barat terlihat berbenah untuk menarik wisatawan asing ke ranah Minang. Baru-baru ini, bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Sumbar, Scoot Airlines memulai penerbangan perdananya dari Singapura ke Padang.
Tentunya Scoot Airlines sudah melakukan penelitian sehingga berani membuka rute ini dengan mengoperasikan pesawat Embraer kapasitas 112 penumpang. Selain dapat mendongkrak jumlah wisatawan asing ke Sumbar, ini sebuah upaya yang bagus dalam meningkatkan fungsi Bandara Internasional Minangkabau sebagai bandara internasional.
Dikabarkan pula Gubernur Sumbar menjajaki peluang kerja sama dengan Pelita Air dan Lion Air untuk terbang ke Mentawai yang kini sudah memiliki Bandara sendiri, diharapkan dapat memudahkan wisatawan dalam dan luar negeri ke sana.
Destinasi wisata baru Sumatera Barat belakangan ini semakin bertambah, tetapi dalam pengamatan minangglobal.com, masih diperlukan peningkatan fasilitas objek-objek wisata tersebut. Untuk obyek wisata yang berada di daerah baru dan lokasinya agak terpencil, umumnya masih dibutuhkan pembenahan jalan menuju tempat wisata tersebut. Selain itu, fasilitas di obyek wisata tersebut perlu diperhatikan, seperti pusat informasi, kebersihan lokasi dengan toilet yang bersih.
Kemudahan transportasi udara untuk menarik wistawan asing memang salah satu faktor yang dapat membuat wisatawan asing ingin datang. Namun demikian, untuk pengembangan wisata Sumatera Barat perlu dibenahi berbagai faktor-faktor seperti berikut ini:
Pertama, ada baiknya Sumbar memberi perhatian khusus dan konsisten bagi pengembangan destinasi tertentu atau destinasi andalan Sumatera Barat. Untuk itu pemda provinsi memerlukan koordinasi yang baik dengan pemerintahan lokal dalam merencanakan pengembangan wisatanya. Jangan pembangunan objek wisata yang terkesan seadanya.
Kedua, Pemerintah Provinsi perlu membuat standar umum bagi sebuah obyek wisata, tidak hanya fasilitas (jalan, tempat tinggal, keamanan, rumah makan) tetapi pelayanan, kebersihan, ketersediaan pemandu wisata untuk obyek wisata tertentu, bahkan ada negara-negara tertentu seperti Italia, memberikan perhatian khusus bagi wisatawan yang mengalami kecelakaan di tempat wisata.
Ketiga, tempat wisata yang disenangi umumnya memiliki masyarakat yang siap menerima wisatawan, termasuk wisatawan asing. Karena itu masyarakat setempat juga perlu diberi penyuluhan teratur untuk meningkatkan kesadaran bagaimana berinteraksi dengan pendatang, baik dengan wisatawan dalam negeri maupun luar negeri. Kritikan terhadap penduduk lokal yang kurang ramah kepada wisatawan perlu mendapat perhatian. Penulis pernah melakukan perjalanan ke desa-desa kecil di Spanyol dan Italia, dua destinasi wisata teratas dunia. Desa-desa kecil menjadi menarik karena masyarakatnya menyambut baik kedatangan orang asing, baik rombongan maupun satu-dua orang yang lewat dan hanya mampir.
Keempat, rencana untuk menyelenggarakan iven Internasional adalah langkah yang baik. Sebagai tuan rumah World Entrepreneur Islamic Summit di bulan September 2025, merupakan sebuah kesempatan untuk mempromosikan Sumatera Barat dalam berbagai sektor. Rencana menyelenggarakan Mandeh Exotic Run pada Juli 2025 dapat menjadi iven olahraga yang memperkenalkan Sumatera Barat kepada dunia, khususnya Mandeh sebagai destinasi wisata.
Sebetulnya, iven bersifat budaya tradisional yang sudah ada di Sumbar, seperti Tabuik di Pariaman, dan acara Pacu Jawi, perlu diupayakan pemerintah provinsi untuk meningkatkan daya tariknya sebagai acara tahunan yang bisa dipasarkan secara internasional.
Kelima, kelihatannya diperlukan evaluasi terhadap penyediaan dan pemanfaatan media online agar efektivitasnya dalam menyebarkan informasi mudah didapat dan menemui sasarannya, yaitu calon wisatawan Indonesia dan asing.
Keenam, sedikitnya dana APBN untuk pengembangan destinasi wisata memang sebuah kendala, apalagi di tahun ini, namun disarankan untuk mengintensifkan kerja sama dengan diaspora Minang dan organisasi perantau agar mau berinvestasi di bidang pariwisata Sumbar.
****
Sewaktu Pemerintahan Joko Widodo periode pertama, Sumbar ditetapkan sebagai salah satu dari tiga tujuan wisata halal selain Lombok dan Aceh. Satu kesempatan bagi Sumbar untuk memanfaatkan kebijakan pemerintah ketika itu meskipun kelihatannya tidak banyak yang bisa dipetik dari status tersebut. Penetapan pemerintah tersebut merupakan pula sebuah pengakuan bahwa ajaran Islam mendapat tempat khusus dalam kehidupan masyarakat Sumbar.
Wisata halal memiliki ceruk market yang cukup menjanjikan, khususnya dari negara-negara Timur Tengah atau yang berpenduduk mayoritas Islam. Bahkan, negara seperti Singapura dan Thailand yang non-Muslim memiliki hotel yang memberi pelayanan halal. Saya pernah bertemu orang Minang yang menjadi pengusaha hotel halal di Bali. Menurutnya, restoran hotelnya banyak dikunjungi oleh orang-orang yang tidak menginap di hotelnya. Itu menunjukkan bahwa permintaan pelayanan hotel dan restauran halal cukup tinggi saat ini.
Memang tidak diragukan bahwa Sumbar yang memiliki masyrakat Muslim yang taat akan menyediakan makanan halal, namun wisatawan asing, terutama dari Timur Tengah, mempercayai formalitas halal dari otoritas yang memberikannya karena label halal diberikan melalui sebuah prosedur dan persyaratan yang harus dilalui.
Dari berbagai sumber, salah satu dan mungkin terpenting, pengembangan wisata di Sumbar sering dibenturkan dengan agama dan adat. Contoh yang paling jelas adalah kurang berkembangnya homestay yang didorong oleh pemerintah pusat untuk menutupi kekurangan akomodasi wisata desa.
Hal itu disebabkan adanya reaksi negatif sebagian penduduk nagari terhadap wisatawan asing, bahkan juga terhadap wisatawan Indonesia yang tinggal di homestay desa. Antara lain adanya kekhawatiran pakaian dari wisatawan asing dan cara bergaul mereka.
Saya percaya, Pemerintah Provinsi Sumbar sudah menyadari adanya hambatan-hambatan di atas, dan kita harapkan sudah ada semacam program dan upaya terobosan untuk menggalang peran serta masyarakat yang lebih besar, baik yang berada di Sumbar maupun di rantau untuk mengembangkan pariwisata di Sumbar.(*)
Penulis: Budiarman