SULIT AIR, NAGARI MERAH PUTIH
Sulit Air adalah nagari (desa) yang terluas di Kecamatan X Koto di Atas (80 km2), Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Nagari yang berpenduduk sekitar 7000 orang ini memiliki perantau yang gigih di dalam dan luar negeri dan tergabung dalam perkumpulan yang bernama Sulit Air Sepakat.
Sulit Air memiliki beberapa destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi, bahkan kini Kelompok Sadar Wisata Gunung Merah Putih (Pokdarwis GMP) mulai medapat permintaan wisatawan asing untuk melihat obyek wisata Sulit Air. “Ada juga yang profesinya pengajar perguruan tinggi di luar negeri,” kata Hendrizon, Ketua Pokdarwis GMP Sulit Air.
Wisatawan di Sulit Air bisa menikmati obyek wisata berikut:
- Rumah Gadang 20 Ruang

Rumah Gadang 20 Ruang ini sudah ditetapkan sebagai Cagar Budaya dengan peringkat Cagar Budaya Nasional yang ditetapkan melalui SK No. PM.86/PW.007/MKP/2011, tanggal SK : 2011-10-17. Inilah rumah gadang terpanjang di Sulit Air dengan memiliki 20 ruang atau kamar. Bangunan kayu ini berukuran 60,95 m x 9,34 m. Tiang-tiang memiliki tinggi 6,60, diameternya 20 cm dan jumlah tiang mencapai 105 tiang.
Rumah Gadang 20 Ruang ini didirikan pada 1820. Dalam perjalaan sejarahnya pernah terbakar dan dibangun kembali pada 1901 tapi selesai pada1907. Aslinya Rumah Gadang ini beratapkan ijuk dan dindingnya berukir tetapi karena langkanya dana ketika dibangun kembali, dipergunakan seng untuk atapnya dan tidak ada lagi ukiran di dinding.
Kini para perantau Sulit Air membangun Rumah Gadang suku mereka, bahkan dengan ukiran yang bagus sehingga wisatawan bisa menikmati keindahan beberapa rumah gadang di Sulit Air, seperti Rumah Gadang yang berada di sebelah Rumah Gadang 20 Ruang, yaitu Rumah Gadang pasukuan Limo Panjang di bawah Datuk Tamarun dan Datuk Ompang Limo
2. Gunung Merah Putih

Gunung Merah Putih merupakan gunung kebanggaan orang Sulit Air karena memiliki dinding tebing yang berwarna merah yang tidak ditumbuhi pohon dan di gunung sebelah nya berwarna putih sehingga kedua warna tersebut seperti susunan merah dan putih. Ada yang melihatnya seperti susunan papan, sehingga sering disebut juga Gunung Papan.
Untuk mencapai Gunung Merah, kita bisa mendaki melalui tangga yang disebut “Janjang Seribu” karena memang ada seribu tangga yang harus dilalui. Setibanya di atas Janjang Seribu, rasa capek kita akan lenyap karena melihat keindahan Gunung Merah Putih tersebut dan sekelilingnya.
Gunung Merah sering dipakai oleh perantau Sulit Air untuk berbagai nama, seperti nama sebuah perusahaan oto bus Gunung Merah di Sumatera Barat, milik Bapak Zakir Muluk, putera Sulit Air, dan kemudian ketika pindah ke Jakarta, beliau juga mengoperasikan bus Gunung Merah Jakarta-Bandung.
Selain itu Gunung Merah menjadi nama sebuah gedung tempat pelajar Sulit Air tinggal di Jogya, yaitu Wisma Gunung Merah yang didirikan oleh para perantau Sulit Air dan menurut website Yayasan Gunung Merah, Wisma tersebut resmi memiliki status hak milik pada 1961.
3. Timbulun dan Batu Galeh

Menurut Hendrizon, beberapa obyek wisata yang bagus masih perlu dikembangkan, seperti air terjun Timbulun, Bukit Batu Galeh. Tempat-tempat ini bisa menjadi tempat wisata dan camping yang ideal. Selain itu ada yang melirik tempat-tempat itu dengan rangkaian Gunung Merah-Putih cukup ideal sebagai tempat olah raga tracking.
Selain itu, Pokdarwis GMP telah mulai memperkenalkan Sulit Air sebagai tempat olah raga paralayang. Menurutnya, komunitas paralayang melihat prospek yang bagus untuk tempat tersebut dikunjungan para penggemar paralayang.
4. Kuliner Sulit Air

Sulit Air memiliki ragam makanan yang khas, seperti gulai ayam samba hitam. Ada juga yang menyebutnya gulai ayam galundi khas Sulit Air. Buah galundi (vitex trifolia) menjadi bahan utama gulai ini yang mengeluarkan warna hitam. Pohon galundi banyak terdapat di Sulit Air. Galundi disangrai dahulu dan ditumbuk sampai halus kemudian baru dijadikan campuran bumbu gulai tersebut. Pembuatannya sama seperi gulai ayam biasa, hanya diambah dengan bumbu galundi ini. Di Sulit Air minangglobal.com makan gulai ayam samba hitam ini di sebuah kedai makan rumahan.
Selain itu, makanan khas Sulit Air lainnya, seperti samba ayam panyikek dan gulai ompuok bisa menjadi alternatif makanan bagi rumah makan Minang.
Perawatan dan Promosi
Sulit Air menyimpan potensi wisata yang bagus, namun seperti kebanyakan desa wisata di nagari lain di Sumbar, minangglobal.com melihat obyek wisata perlu dirawat dengan baik, termasuk kebersihan dan fasilitas untuk wisatawan seperti kamar kecil, ketersediaan pemandu wisata, terintegrasi dengan penjual makanan dan kedai makan, serta mungkin juga butuh homestay.
Tampaknya Sulit Air juga butuh promosi pariwisata. Sulit Air dapat memanfaatkan acara-acara besar yang dilakukan perantau, seperti acara pengukuhan datuk untuk menjadi peristiwa budaya yang menarik bagi wisatawan lokal maupun asing. Demikian juga pertemuan besar 2 atau 4 tahun sekali di mana Sulit Air menjadi tempat pertemuan SAS dan selalu menampilkan kesenian.
Bisa dipikirkan bersama antara SAS/perantau yang membuat acara dengan pemerintah nagari agar acara-acara tersebut bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Selain itu, rencana Pokdarwis GMP yang disampaikan Hendrizon kepada minangglobal.com, yaitu untuk mempopulerkan Sult Air sebagai lokasi terbang layang, camping dan tracking perlu dibantu, khususnya pemerintah nagari. Kunjungan kelompok dengan acara tertentu itu memberi efek promosi yang bagus. (Dari berbagai sumber)
Editor: Budiarman