Kalau Anda ke Nagari Kotogadang, sekitar 8 km dari Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Anda bisa mengunjungi Gedung Kerajinan Amai Setia (KAS) yang cukup besar. Gedung itu tepatnya di Jl. M. Nazif Koto Kaciak, Koto Gadang, Kec. Iv Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Gedung itu menjadi saksi bagaimana wanita Kotogadang mendapat manfaat pendidikan dan pelatihan keterampilan yang dirintis oleh Ruhana Kuddus dan kawan-kawannya melalui Yayasan Kerajinan Amai Setia Koto Gadang (YKAS-KG) yang berdiri sejak 1911.
Syafyetty Arvian, Ketua Umum YKAS-KG yang pusatnya berada di Jakarta, mengatakan kepada minangglobal.com, kegiatan pelatihan di Gedung YKAS-KG masih tetap ada, tetapi minatnya tidak seperti dulu lagi.
Hal itu disebabkan kini pendidikan bagi wanita tersedia tanpa diskriminasi lagi dan mudah didapat dalam berbagai jenjang pendidikan, bahkan sudah banyak wanita Kotogadang menjadi sarjana sampai S-3. Selain itu terbuka pula berbagai lapangan pekerjaan untuk mereka di berbagai profesi, baik di swasta maupun pemerintah.

Sekarang penyulam tetap di YKAS-KG tidak banyak. YKAS-KG menerima hasil sulaman dan kerajinan dari perajin Kotagadang untuk dipasarkan oleh YKAS-KG.
Perubahan zaman telah menghadirkan saingan terhadap sulaman tangan tradisional, yaitu munculnya sulaman mesin sehingga harganya bisa lebih murah dan dapat dikerjakan lebih cepat.
Mengingat tenunan Kotogadang yang sudah mulai langka saat ini.
“YKAS-KG mengimbau anak-kemenakan orang Kotogadang yang berminat melestarikan tenunan Kotogadang untuk mengikuti pelatihan menenun di Gedung YKAS Kotogadang,” kata Syafyetty Arvian.
Gedung YKAS-KG cukup dikenal karena peran bersejarahnya dalam memajukan wanita Kotogadang dengan tokoh sentralnya, Ruhana Kuddus. Selain itu Kotogadang juga melahirkan dua tokoh penting lainnya dalam sejarah kemerdekaan kita, yaitu Sutan Sjahrir dan H. Agus Salim.

Gedung YKAS-KG kini juga berfungsi sebagai galeri dan di dalamnya ada koleksi pakaian tradisional Kotogadang, peralatan tenun, dan barang-barang kerajinan yang bisa dibeli pengunjung.
Dengan demikian Gedung YKAS-KG masih diminati wisatawan untuk berkunjung ke sana, dan juga menjadi sarana edukasi bagi murid-murid sekolah dari berbagai daerah di Sumatera Barat, khususnya Bukittinggi.
Pengurus gedung YKAS-KG di Kotogadang juga mendapat permintaan dari berbagai grup pengunjung untuk bisa menggelar makan bajamba, merasakan makan ala orang Minang dengan makanan khas Kotogadang.

“Sejarah Ruhana Kuddus dengan Amai Setia masih memiliki daya tarik. Karena itu, YKAS masih mendapat permintaan untuk berkunjung dari para peneliti, baik dalam rangka membuat skripsi, penelitian sejarah atau jurnalis yang ingin mengetahui tentang Ruhana Kuddus dan Amai Setia,” kata Syafyetty Arvian.
Kegiatan lain adalah menyebarluaskan pengetahuan tentang pakaian pengantin Kotogadang. Pakaian wanita beberapa daerah lain di Sumatera Barat mirip dengan pakaian pengantin wanita Kotogadang yang sekarang ini cukup populer.
Karena itu, YKAS-KG juga mencoba melakukan sosialisasi ciri khas pakain pengantin Kotogadang. Sosialisasi diberikan kepada masyarakat Kotogadang di rantau melalui webinar agar bisa menjangkau banyak peserta.

“Banyak yang tertarik mengetahuinya karena sebagian besar mereka lahir dan besar di rantau. Kami mencoba membuat sosialisasi tersebut melalui webinar tentang pakaian pengantin Kotogadang dengan narasumber yang kompeten, dan kami juga sudah memulai memberikan pelayanan penyewaan pakaian pengantin Kotogadang,” ujar wanita asal Kotagadang ini.
YKAS-KG menyadari banyaknya warga Kotogadang di rantau membutuhkan pengetahuan tentang adat istiadat kampungnya. Karena itu YKS-KG menyelenggarakan webinar adat dengan tema Kedudukan, Fungsi dan Peran Datuk (Penghulu).

Peserta Webinar ini juga cukup besar. Tampaknya, pengetahuan ini dibutuhkan oleh orang tua untuk mengajarkan anaknya, dan oleh anak-anak muda yang ingin mengetahui tentang adat istiadat kampungnya.(*)
Penulis: Budi Santoso