Oleh : Andika Putra Wardana, Mahasiswa Universitas Andalas

Minangkabau adalah  suku yang terkenal karena sistem matrilinealnya. Namun, ada satu hal lain yang tak kalah penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Minangkabau, yaitu bagaimana adat istiadat mereka berpadu harmonis dengan ajaran agama Islam. Dua hal ini, adat dan agama, merupakan dasar yang membentuk identitas masyarakat Minang dan menjadi pilar dalam segala aspek kehidupan mereka.

Minangkabau memiliki adat yang turun-temurun, diwariskan bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga aturan yang membentuk tatanan sosial. Uniknya, adat Minangkabau selalu mengikuti ajaran agama Islam. Ungkapan “adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah” atau yang berarti adat berlandaskan syariat, syariat berlandaskan Al-Qur’an, menggambarkan bahwa adat Minang tidak berdiri sendiri, tetapi selalu terkait erat dengan agama.

Ketika Islam masuk ke Minangkabau sekitar abad ke-14, masyarakat Minangkabau menerimanya dengan tangan terbuka. Sejak itu, Islam tidak hanya menjadi agama, tetapi menjadi pedoman utama dalam kehidupan sehari-hari, sementara adat yang sudah lama ada menyesuaikan diri dengan ajaran baru ini. Meskipun adat Minangkabau tetap berjalan, nilai-nilai Islam mengisi banyak aspek dalam adat tersebut.

Salah satu contoh yang paling sering kita lihat dalam keseharian adalah upacara pernikahan. Sebagai masyarakat yang sangat menghargai adat, pernikahan di Minangkabau memiliki banyak tahapan adat, seperti prosesi “maanta siriah” atau mengantar sirih sebagai simbol lamaran. Tapi, di balik semua prosesi adat ini, agama tetap menjadi inti dari pernikahan dengan adanya akad nikah, yang sepenuhnya sesuai ajaran Islam. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun adat dipegang teguh, Islam tetap menjadi pondasi utama dalam momen penting seperti pernikahan.

Tidak hanya dalam pernikahan, keseharian orang Minang juga mencerminkan perpaduan antara adat dan agama. Di setiap acara adat, seperti pengangkatan penghulu atau acara kematian, doa-doa Islami selalu diutamakan. Bahkan dalam interaksi sosial sehari-hari, prinsip-prinsip agama dan adat berjalan beriringan. Masyarakat Minangkabau sangat menjaga tata krama, saling menghormati, dan mengutamakan nilai kekeluargaan, yang semuanya sejalan dengan ajaran agama.

Namun, tak bisa dipungkiri bahwa kadang ada gesekan antara adat dan agama, terutama terkait masalah warisan. Dalam adat Minang, warisan turun kepada anak perempuan, sementara dalam Islam ada aturan tersendiri mengenai pembagian warisan. Meski begitu, masyarakat Minangkabau selalu berusaha mencari titik temu agar adat dan agama tetap berjalan selaras.

Dalam banyak kasus, keduanya bisa diakomodasi dengan baik, menyesuaikan dengan situasi dan kondisi keluarga. Pada akhirnya, apa yang menarik dari Minangkabau adalah bagaimana masyarakatnya bisa mempertahankan adat istiadat yang telah diwariskan dari generasi ke generasi tanpa mengorbankan nilai-nilai agama.

Bagi orang Minang, adat dan agama bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan dua pilar yang saling mendukung dan memperkuat. Keseimbangan ini membuat budaya Minangkabau tetap hidup, relevan, dan kokoh, meskipun zaman terus berubah.(*)

Sumber: jurnalbengkulu.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan